Saya adalah ibu rumah tangga biasa yang tidak bekerja kantoran (tidak berangkat ngantor jam 8 pagi pulang jam 5 sore). Tapi, tidak berarti saya tidak bekerja. Saya juga bekerja, tapi pekerjaan saya bisa dikerjakan di rumah saja sambil mengikuti perkembangan si kecil.
Kenapa saya memutuskan untuk tidak bekerja kantoran? Karena saya tidak ingin kehilangan waktu-waktu emas untuk mengikuti setiap detik pertumbuhan putra tercinta. Saya sangat bersyukur, bahwa saya selalu menjadi yang pertama tahu, kepintaran apa lagi yang bertambah dari si kecil.
Awalnya saya mengambil keputusan ini, sempat terselip ragu juga, karena seharusnya dengan pendidikan saya yang cukup tinggi (Sarjana Strata 1 Arsitektur) saya tidak akan kesulitan mendapatkan pekerjaan layaknya teman-teman saya yang lain, yang memiliki latar pendidikan sama dengan saya. Jika saya bekerja kantoran, saya akan dapat membantu keuangan keluarga, membantu meringankan beban suami.
Kemudian saya putuskan untuk mencoba mencari kesibukan dengan berbisnis, sambil membantu keuangan keluarga (walaupun tidak banyak) dengan menjadi reseller produk fashion yaitu tas wanita. Setelah saya jalani selama kurang lebih 8 bulan, saya mengalami kebuntuan di bisnis ini. Entah karena saya tidak punya latar belakang pendidikan akuntansi, atau karena saya yang tidak pandai dalam pembukuan, modal saya habis, tidak tahu kemana perginya. Saat itu, saya juga mulai jenuh dengan urusan pengiriman barang yang selalu saja ada masalah. Memikirkan repotnya harus menyediakan stok barang dulu sekian juta, baru bisa jualan, belum lagi kalau barang belum habis, konsumen sudah meminta barang dengan model atau pilihan warna yang semakin beragam. Mau dikemanakan stok yang sudah tidak laku ini? Mau di obral malah rugi, belum lagi sering rugi juga karena ongkos kirim tidak sesuai dengan yang diperkirakan, membuat saya semakin jenuh.
Saat sedang mencari-cari peluang lain, saya iseng membuka iklan di salah satu jejaring sosial, intinya tentang bisnis modal kecil yang bisa dijalankan dari rumah saja. Saya buka link itu, ternyata isinya sama seperti iklan-iklan lain yang juga sudah sering saya buka sebelumnya. Iklan bisnis MLM Oriflame milik salah seorang member d'BC Network. Awalnya saya tidak percaya, karena saya termasuk tipe orang yang Anti MLM walaupun saya tidak anti dengan Oriflame-nya (sudah sering coba produk Oriflame saat kuliah). Karena saya online setiap hari (online untuk main game di jejaring sosial), saya semakin sering melihat iklan bisnis Oriflame itu.
Saking seringnya saya lihat iklan bisnis Oriflame, dan semakin jenuhnya saya dengan urusan bisnis reseller tas itu, akhirnya saya putuskan untuk coba-coba saja ikut bisnis Oriflame online. Saat itu yang ada di pikiran saya hanyalah, saya mencari pekerjaan yang bisa dikerjakan dari rumah dengan modal yang kecil, karena modal saya yang besar sebelumnya sudah habis di onggokan tas yang tidak kunjung terjual.
Saya putuskan bergabung dalam bisnis Oriflame online pada akhir Oktober 2010 tanpa babibu lagi. Saya mendapat follow up yang sangat baik dari upline saya, saya diajarkan step by step apa saja yang perlu saya lakukan sebagai new comer. Saya lakukan semua yang disarankan upline, saya pelajari ebook training yang disediakan oleh d'BC Network, saya kerjakan apa yang dianjurkan dalam training. Tapi saya punya kendala yang sangat besar bagi saya saat itu. Saya malu mempublikasikan bahwa saya menjalankan bisnis Oriflame yang adalah sebuah bisnis MLM, saya bergerilya saja menjalankan binis ini selama 3 bulan pertama.
Dan sekarang, saya menyesal. Setelah tahu bahwa group d'BC Network ini adalah sebuah group hebat yang sudah berhasil mecetak orang-orang sukses dengan penghasilan puluhan juta per bulan, bahwa d'BC Network adalah The Fastest Growing Network di Asia, bahwa saya mempunyai sangat banyak teman dan dukungan karena telah bergabung di bisnis ini, saya menyesal telah menyia-nyiakan 3 bulan pertama saya di Oriflame bersama d'BC Network ini.
Pernah saya curhat dengan teman crossline, namanya mbak Dina Aulia yang sekarang sudah kualifikasi Director dengan penghasilan rata-rata 4-7juta per bulan. Saya mendapat motivasi luar biasa. Mbak Dina yang dengan kesibukannya mengurus rumah, menemani dua buah hatinya, tanpa bantuan asisten rumah tangga, bisa mencapai levelnya sekarang dengan penghasilan yang menurut saya sangat lumayan dengan hanya dikerjakan dari rumah saja. Saya mendapat alasan yang selama ini saya cari untuk tetap bertahan di bisnis ini.
Saya ingin seperti mbak Dina, saya ingin tetap di rumah saja mengurus rumah tangga dengan baik, saya ingin bisa selalu menemani si kecil bermain, saya ingin selalu dekat dengan si kecil, karena kata mbak Dina "berapa lama sih anak itu jadi anak-anak? cuma bentaaaarrr. jadi aku nggak rela ngelepasin masa yg sebentar ini untuk diasuh orang lain. bentar lagi sekolah, punya temen, ya udah deh mulai deh masa-masa ditinggal anak".
Saya tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mengikuti setiap detik masa-masa emas pertumbuhan si kecil. Saya ingin mengurus sendiri kegiatan rumah tangga, dari sekedar repot-repotnya masak untuk bekal makan siang suami, sampai susahnya ngejar si kecil untuk nyuapin (makanya saya ga bisa gemuk, olahraga terus sih..hehe). Keluarga kecil saya adalah yang terpenting. Tetap berpenghasilan walau di rumah saja, sekarang bukan sesuatu yang mustahil. Saya pasti bisa seperti mbak Dina. Dengan mimpi yang besar, siapa pun bisa sukses di bisnis ini, fasilitas sudah sangat banyak dan semakin canggih. Tinggal pilihan kita saja.
Mau atau Tidak belajar sesuatu yang baru? Mau atau tidak adalah pilihan kita sendiri. Sukses ada di tangan Anda, tinggal anda mau menggenggamnya atau tidak. Salam Sukses.
-BundAmel-
---